Fraktur Gigi
Fraktur gigi merupakan kondisi gigi retak atau patah. Tergantung kondisinya, fraktur gigi dapat menimbulkan nyeri dan pembengkakan, tapi bisa juga tidak menimbulkan gejala.
Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, klasifikasi fraktur gigi dibuat guna membantu menentukan terapi dan prognosis pasien. Pada pasien anak, akan dipastikan apakah gigi yang fraktur adalah gigi susu atau gigi permanen.
Beberapa Jenis Fraktur Gigi Yang Bisa Terjadi :
1. Retakan berupa garis halus. Pada kondisi ini, gigi yang retak biasanya tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan perawatan apapun.
2. Patah di mahkota gigi. Retakan terdapat pada permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah.
3. Gigi retak seluruhnya. Retakan terjadi mulai dari permukaan kunyah gigi, hingga turun ke akar gigi. Permukaan kunyah gigi adalah permukaan gigi yang digunakan saat Anda mengunyah.
4. Gigi patah menjadi dua. Retakan terjadi hingga ke akar gigi, hingga membelah gigi menjadi dua.
5. Fraktur gigi vertikal. Retakan mulai terjadi dari akar gigi, lalu naik ke atas hingga permukaan kunyah gigi.
Klasifikasi
1. Klasifikasi Ellis
- Ellis I : Melibatkan korona sampai enamel. Umumnya tidak nyeri ataupun diskolorasi.
- Ellis II : Melibatkan enamel dan dentin. Umumnya nyeri dengan rangsangan sentuh atau udara. Lapisan dentin berwarna kuning dapat terlihat pada saat pemeriksaan.
- Ellis III : Melibatkan enamel, dentin, dan pulpa. Umumnya nyeri dan terlihat darah atau bagian berwarna kemerahan pada bagian tengah gigi.
2. Klasifikasi Silvestri dan Singh
- Fraktur komplit : Fraktur yang membagi gigi menjadi 2 fragmen terpisah, terdiri dari fraktur oblique dan vertikal.
- Fraktur inkomplit : Fraktur yang tidak membagi gigi menjadi dua fragmen terpisah, terdiri dari fraktur oblique dan vertikal.
3. Klasifikasi American Association of Endodontists (AAE)
- Fraktur craze line : Melibatkan enamel saja
- Fraktur tonjolan gigi/cusp fracture : Melibatkan korona gigi hingga dentin dan berakhir pada bagian servikal gigi
- Gigi retak/cracked tooth : Keretakan gigi pada permukaan oklusal ke arah apikal tanpa membagi gigi menjadi dua fragmen
- Split tooth : Keretakan pada gigi mulai dari batas marginal ke arah mesiodistal yang membelah gigi menjadi dua fragmen terpisah
- Fraktur akar gigi/root fracture : Fraktur pada akar gigi, dapat berupa fraktur komplit ataupun inkomplit.
Beberapa tipe fraktur gigi memang tidak berbahaya dan tidak membutuhkan perawatan. Namun pada kondisi yang cukup parah, tentu akan menimbulkan gejala, seperti :
- Muncul rasa nyeri saat makan, terutama saat mengunyah dan menggigit makanan.
- Gusi bengkak di sekitar gigi yang patah.
- Gigi tiba-tiba terasa sensitif saat mengonsumsi makanan atau minuman manis.
- Rasa nyeri yang bisa muncul dan hilang tiba-tiba.
- Muncul rasa nyeri di sekitar gusi dan gigi, tapi tidak jelas sumbernya.
Penyebab fraktur gigi :
1. Tekanan akibat kebiasaan menggeretakan gigi.
2. Tambalan gigi yang berlebihan, sehingga berbenturan dengan gigi lain di atas atau di bawahnya saat menggigit.
3. Mengunyah atau menggigit makanan keras, seperti permen, es batu, dan kacang.
4. Kecelakaan yang mengenai mulut, misalnya jatuh, tertabrak, atau cedera saat berolahraga.
5. Perubahan temperatur yang ekstrem di rongga mulut, seperti langusung mengonsumsi makanan yang panas setelah mengonsumsi minuman yang sangat dingin.
Diagnosis Fraktur Gigi
Saat konsultasi, dokter akan mengecek kondisi gigi dan mulut Anda secara keseluruhan. Selain itu, dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan dan memeriksa penyebab fraktur gigi yang terjadi.
Setelah pemeriksaan riwayat maupun kondisi gigi dan mulut selesai, dokter akan memulai perawatan sesuai dengan penyebab dan tingkat keparahan fraktur gigi yang Anda alami.
1. Anamnesis
Anamnesis pada pasien dengan fraktur gigi merupakan salah satu komponen yang cukup penting. Anamnesis dilakukan untuk mencari etiologi, mekanisme trauma, faktor risiko, dan riwayat perawatan gigi. Hal-hal yang dapat ditemukan pada fraktur gigi adalah :
- Nyeri pada gigi
- Gigi sensitif
- Adanya riwayat trauma, sering kali karena olahraga kontrak atau jatuh
- Terdapat bagian gigi yang hilang
- Kebiasaan parafungsional, seperti mengigit, mengerat gigi, bruksisme, bruksomania
- Riwayat perawatan gigi yang kurang baik
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada fraktur gigi dilakukan terutama untuk membedakan fraktur dan retak pada gigi. Pemeriksaan yang harus dilakukan, meliputi :
Inspeksi
- Laserasi, diskolorasi, ekimosis jaringan lunak
- Benda asing
- Perdarahan intraoral
- Disposisi rahang atau trismus dapat muncul pada fraktur mandibula
- Deskripsi deformitas dan jenis fraktur gigi
Palpasi
- Dilakukan untuk menilai mobilisasi gigi atau fragmen gigi. Tes wedging.
Perkusi
- Perkusi dengan spatula lidah/tongue blade. Nyeri saat perkusi menunjukkan adanya keterlibatan periodontal.
Uji sensitifitas
- Nilai sensitifitas gigi terhadap udara, cairan hangat, dan cairan dingin
Tes khusus
- Tes transiluminasi : gigi yang mengalami keretakan atau fraktur akan menghalangi transmisi cahaya ke korona gigi.
- Tes wedging : dilakukan untuk membedakan gigi retak dan fraktur. Apabila terdapat fragmen yang dapat digerakkan, kemungkinan terjadi fraktur
- Tes gigit : dilakukan dengan mengigit bola kapas, jika terdapat nyeri pada saat melepas gigitan, kemungkinan terjadi fraktur atau retak.
3. Diagnosis Banding
- Avulsi gigi
- Intrusi gigi
- Ekstrusi gigi
- Subluksasi gigi
- Abses gigi
- Dislokasi gigi/displaced tooth
- Sindroma gigi retak/cracked tooth syndrome
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan komponen yang penting dalam diagnosis fraktur gigi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah foto x-ray mandibula anteroposterior (AP) atau radiografi panoramik ortopantomogram (OPG).
Apabila terdapat fragmen gigi yang tidak dapat ditemukan, lakukan pemeriksaan x-ray toraks, leher lateral, atau abdomen untuk mencari ada atau tidaknya fragmen gigi pada jalan napas atau tertelan.
Perawatan
Perawatan yang dilakukan akan bergantung pada tingkat keparahan fraktur gigi yang terjadi. Beberapa jenis penanganan yang dapat dilakukan meliputi :
1. Penambalan gigi : Prosedur ini dapat dilakukan jika gigi yang retak tidak terlalu parah, dan bentuknya masih bisa dikembalikan dengan penambalan. Saat penambalan gigi, dokter juga akan mengikis tepi-tepi gigi yang patah menggunakan bur agar halus dan dapat ditambal dengan baik.
2. Pemasangan veneer : Jika fraktur yang terjadi tidak terlalu besar, veneer dapat dijadikan pilihan untuk mengembalikan gigi ke bentuk semulanya. Anda dapat berdiskusi dengan dokter mengenai jenis veneer yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi Anda.
3. Pemasangan mahkota jaket : Berbeda pula dengan penanganan untuk gigi patah cukup besar, misalnya hingga menghilangkan sebagian besar mahkota gigi, namun akar giginya masih kuat.
Pada kondisi ini, pemasangan mahkota jaket bisa menjadi pilihan perawatan yang ideal. Mahkota jaket adalah sejenis gigi palsu, yang dipasangkan menutupi sisa gigi asli. Mahkota jaket akan ditempel ke gigi asli menggunakan bahan khusus dan bersifat permanen.
4. Perawatan saluran akar : Jika fraktur gigi yang terjadi sudah mencapai lapisan yang terdapat saraf gigi, dokter gigi mungkin akan menyarankan perawatan saluran akar. Tujuannya adalah mengangkat saraf gigi yang telah rusak.
Setelah perawatan saluran akar selesai, dapat dilakukan perawatan lanjutan berupa pemasangan mahkota jaket pada gigi. Prosedur ini akan mengembalikan bentuk gigi menjadi baik seperti semula.
5. Pencabutan gigi : Pencabutan adalah pilihan perawatan terakhir. Langkah medis ini dilakukan jika fraktur gigi yang terjadi sudah sangat parah dan tidak memungkinkan dilakukan perawatan lainnya.
Cara Mencegah Fraktur Gigi
Gigi yang patah memang tidak sepenuhnya bisa dicegah, terutama jika berkaitan dengan kecelakaan tidak terduga. Namun beberapa langkah di bawah ini mungkin dapat membantu Anda untuk menghindarinya :
- Jangan mengunyah atau menggigit benda keras, seperti es batu atau pulpen.
- Hentikan kebiasaan menggeretakkan gigi.
- Jika Anda memiliki kebiasaan menggeretakkan gigi saat tidur, konsultasikan kondisi tersebut ke dokter gigi agar dibuatkan alat pelindung gigi. Alat ini bisa Anda pakai saat tidur.
- Gunakan alat pelindung gigi saat berolahraga, terutama olahraga yang banyak melakukan benturan fisik.
Karena membiasakan menyikat gigi secara rutin saja tidak cukup, jagalah gigi kalian dengan baik, Fixas. 😉